SUMBAWA –
Kondisi geografis yang terletak di daerah ketinggian dan terpelosok menjadikan
kecamatan Orong Telu menjadi daerah ‘buangan’ dan menakutkan bagi sejumlah
pejabat. Sepertinya pameo ini benar adanya, hingga dijaman informasi dan
komunikasi sekarang ini, warga kecamatan itu mengaku masih terisolir. Jauh
berbeda dari kemajuan teknologi beberapa kecamatan lainnya di Kabupaten
Sumbawa.
“Jalur
transportasi ke wilayah kami sangat menyedihkan,” ujar A Rosikin – warga
Kelawis, Orong Telu kepada Bala Kuning Sumbawa, kemarin.
Untuk sampai
ke kecamatan Orong Telu, setelah melewati Lenangguar pendatang harus melewati
jalanan rusak parah dan jembatan penyebrangan dengan kondisi yang
memprihatinkan. Setidaknya jalan sepanjang sekitar 35 kilometer itu rusak parah
hingga dusun Tangkelak.
“Jalur
transportasi itu yang paling parah. Jalan pendukung hingga Kelawis rusak berat,
seakan pembangunan tidak menjamah ke wilayah kami. Belum lagi ditambah jembatan
Keremung sebagai satu satunya penghubung juga putus dan rusak berat,’’ ujarnya.
Jembatan
Keremung, kata dia menjadi pintu masuk ke Kecamatan Orong Telu. Sekarang ini
kondisinya hanya dapat diperbaiki ala kadarnya agar dapat dimanfaatkan
sementara oleh masyarakat. Akibat akses jalan dan jembatan yang memprihatinkan,
lanjut Rosikin harga barang-barang pokok meningkat karena ongkos distribusi dan
transportasi yang tinggi.
“Akibat
akses dan infrastuktur jalan yang tidak memadai, Orong Telu tertinggal dalam
pembangunan. Bahkan kami ini terkesan terisolir dari dunia luar. Kami berharap
program pemerintah dapat menyentuh kami yang berada di pelosok karena kami juga
warga Kabupaten Sumbawa,’’ tegasnya.
Ditambahkan
Muhammad Yasin – warga lainnya, yang lebih parah adalah kendala komunikasi.
Hingga saat ini tidak ada satupun vendor layanan telekomunikasi mau mendirikan
menara untuk mengcover wilayah tersebut. hanya terdapat satu station radio
milik kecamatan yang dapat terhubung ke dunia luar.
“Di
kecamatan Orong Telu tidak ada hubungan komunikasi sama sekali. Singnal hp
tidak mencakup area itu. kami sangat kesulitan dengan adanya kondisi ini. Jadi
kalau untuk urusan dinas kami selalu terlambat mendapatkan informasi,’’ ujar
guru SD ini.
Menurut dia, setelah akses jalan yang rusak
parah, penderitaan penduduk yang berada di pelosok semakin lengkap tanpa
dukungan komunikasi seperti daerah lain. Selama ini para guru hanya
mengandalkan korespondensi untuk koordinasi antar sekolah. (km)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar