SUMBAWA – Kecamatan Alas yang berada di wilayah Barat
Kabupaten Sumbawa terus tumbuh. Karena lokasinya yang strategis Alas menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat yang maju. Namun belakangan keberadaan
pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat yang maju pesat justeru menimbulkan
masalah baru. Oleh karenanya, mulai muncul keinginan untuk merelokasi pasar
tersebut ke tempat yang lebih representatif.
Terutama
persolan kemacetan lalu lintas di depan Pasar Alas menjadi polemik tak kunjung
padam. Setiap pagi, kata kepala Pasar Alas Mishar L. Kohe, kemacetan lalu
lintas tak dapat dihindari. Selain itu, untuk pengembangan pasar kedepan di
lokasi yang ada tidak memungkinkan.
“Kemacetannnya
luar biasa. Terutama pada pukul 07 pagi hingga pukul 09. Ini sudah berlangsung
selama lima tahun terakhir karena perkembangan pasar dan pesatnya pertumbuhan
ekonomi kita,’’ ujar Mishar L. Kohe yang ditemui wartawan, kemarin.
Selain
karena kemacetan yang kerap terjadi, lanjut Mishar luas pasar tidak
memungkinkan untuk dilakukan pengembangan kedepan. Akibatnya banyak komponen
yang sedianya bisa dijadikan objek penambahan PAD dari retribusi pasar justeru
tidak dapat diambil. Alasan pedagang tidak membayar retribusi karena mereka
berada diluar kawasan pasar. Para pedagang menyewa lahan dari warga sekitar
pasar.
Hampir
setiap hari kata dia, masuk pedagang-pedagang baru mengisi pasar tersebut. Yang
paling banyak pedagang bakulan. Akibat kecilnya kapasitas pasar, para pedagang
tidak lagi dapat tertampung dalam areal. Tidak jarang pedagang justeru mengambil
tempat lain diluar pasar hingga trotoar dan bahu jalan.
“Tidak
heran jika kemacetan luar biasa sering terjadi. Kapasitas pasar yang kecil
sudah tidak mungkin untuk menampung pedagang yang terus membludak. Selain itu,
kondisinya menjadi kumuh dan kotor. Kami sering meminta agar pasar ini segera
di relokasi. Terutama dalam Musrenbang kecamatan sejak dua tahun terakhir,’’
tukasnya.
Dituturkan
Mishar, pasar tersebut berdiri diatas lahan seluas setengah hektar sejak tahun
1974 dan terus dipergunakan masyarakat sampai saat ini. Sudah ada beberapa kali
pembangunan dan perbaikan yang dilakukan dengan dana swadaya para pedagang.
Terakhir ditahun 2011 lalu, oleh pemerintah
daerah juga dibangun fasilitas penjualan ikan.
Untuk merelokasi pasar tradisional kelas II ini,
menurut dia membutuhkan lahan minimal sekitar 2 hektar untuk membangun pasar
yang representatif. Sementara ini, sudah berkembang dua wacana tempat yakni
bekas gudang kapas dan lahan padak di dekat pelabuan Alas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar