Powered By Blogger

Senin, 18 April 2011

Persiapan Menuju Jambore Nasional

Jambore nasional merupakan ajang temu dan pesta Pramuka penggalang, kali ini Jambore Nasional atau yang disingkat dengan Jamnas IX akan diselenggarakan di Palembang Sumatra Utara yang dilaksakan dari Hari Sabtu 2 Juli sampai 9 Juli 2011. Jamnas dilakukan sekali dalam lima tahun.

Dalam persiapan menuju Palembang pengurus Kwartir Cabang Sumbawa melaksanakan Training Center  pertama yang diikuti oleh 32 orang. Yang terdiri dari 16 Pramuka Penggalang Putra dan 16 Pramuka Penggalang Putri. Kak Zulkarnain selaku ketua panitia ketika di temuai tim kampung  media Bala Kuning Sumbawa mengatakan, “Training Center  yang dilaksanakan dari hari  jumat hingga hari  minggu (15-17/4-2011) ini bertujuan melakukan pembenahan dan menyatukan persepsi serta melatih ketangkasan peserta didik agar pengetahuan tentang kepramukaan bertambah”

Kemudian dia menambahkan bahwa teori-teori Kepramukaan yang di dapat di masing-masing Gugus Depan berbeda maka di TC I ini panitia melakukan pembenahan.
Tidak hanya teori atau Teknik Kepramukaan yang di ajarkan disana juga peserta di perkenalkan dengan Internet, dalam materi internet kampung media di minta untuk menyampaikan materi internet sekaligus memberikan wawasan tentang berinternet sehat.

Sampai hari terakhir kegiatan para peserta tidak keliatan lelah karena semangat dan kemauan mereka untuk pergi Jamnas dan bertemu dengan seluruh pengglang nusantara

Minggu, 17 April 2011

Obyek Wisata Budaya di Sumbawa Besar

Obyek Wisata Budaya
Dalam Loka (The Old Palace)
Istana kuno tersebut terbuat dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (sekitar tahun 1885 M). Saat ini digunakan/dimanfaatkan sebagai "Museum Daerah Sumbawa" tempat penyimpanan benda-benda sejarah Kabupaten Sumbawa. Istana ini merupakan dua bangunan kembar ditopang atas tiang kayu besar sebanyak 99 buah, sesuai dengan sifat Allah dalam Al - Qur'an (Asma'ul Husna). Di Dalam Loka ini kita dapat melihat ukiran motif khas daerah Samawa, sebagai ornamen pada kayu bangunannya. Miniatur Dalam Loka ini dapat dilihat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Wisma Praja/Wisma Daerah (Government House)
Merupakan Istana bangunan Belanda pada tahun 1932, tempat sebagai kediaman terakhir Sultan Kaharuddin III, melakukan kegiatan pemerintahan. Sekarang digunakan sebagai tempat penerimaan tamu - tamu agung dan kegiatan - kegiatan upacara / resepsi yang bersifat formal, serta pertemuan kepemerintahan lainnya.

Bala Kuning (The Yellow House)
yaitu rumah tempat tinggal keluarga Sultan yang terakhir. Disini dapat dijumpai benda-benda magis kerajaan, seperti : Bodong, Sarpedang, Payung Kamutar, Tear (tombak /lembing), Keris, Qur'an tulisan tangan oleh Muhammad Ibnu Abdullah Al-Jawi (+/- Tahun 1784) pada saat Pemerintahan Sultan Harrunnurrasyid II (1770 - 1790), yang selalu terpelihara dengan baik.

Dusun Pamulung
sebuah dusun yang termasuk dalam Wilayah Desa Karang Dima Kecamatan Labuan Badas, terletak sekitar 8 km dari kota Sumbawa Besar. Dusun ini merupakan desa wisata, karena di desa tersebut dapat kita jumpai dan saksikan berbagai attraksi budaya daerah, seperti Karaci, Barapan Kebo, Tari-tarian tradisional serta musik tradisional.

Desa Tepal
Desa tradisional yang terletak + 37 km dari pusat kota, masuk dalam wilayah Kecamatan Batu Lanteh. Desa ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan berkuda. Desa Tepal menyimpan banyak budaya tradisional , karena masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat dan Budaya Samawa. Ini dapat dilihat dari cara berpakaian, cara hidup dan bentuk rumah yang unik, sehingga desa ini disebut juga Desa Adat.

Desa Poto
Salah satu desa di kabupaten Sumbawa yang tetap memelihara kelestarian budaya daerah seperti tenunan tradisional, pembuatan gerabah dan atraksi permainan rakyat seperti pacuan kuda, karapan kerbau. Desa Poto yang letaknya di Kecamatan Moyo Hilir kira-kira 13 km dari kota Sumbawa besar dapat dengan mudah dijangkau dengan sarana transportasi darat yang senantiasa melayani trayek tersebut setiap hari.

Liang Petang
Gua gelap yang mempunyai stalaktit dan stalaknit, di dalamnya dijumpai ukiran-ukiran batu berornamenkan orang berkepala hewan, orang yang sedang menenun dan banyak lagi ornamen lainnya. Gua ini terletak di dekat desa Batu Tering Kecamatan Moyo Hulu, dengan jarak tempuh kurang lebih 29 km dari kota Sumbawa Besar. Tidak jauh dari Liang Petang ini terdapat Liang Bukal (gua kelelawar).

Pulau Bungin
Lazimnya disebut sebagai pulau terpadat di dunia, karena kepadatan penduduknya +14.000 jiwa/km. Dikenal juga sangat aman karena sejauh ini kehidupan masyarakatnya selalu aman dan damai. Di pulau ini tidak akan ditemui lahan pertanian, perkebunan maupun peternakan. Lahan-lahan yang ada dimanfaatkan untuk membangun runah tinggal. Untuk membangun rumah baru, mereka harus bergotong royong dengan cara menyusun batu karang yang telah dikumpulkan sebelumya. Ketiadaan lahan di atas membawa keunikan tersendiri, karena ternak (kambing) penduduk pulau ini tidak hanya memakan dedaunan, tetapi juga kertas, ikan laut, dan kain-kain baju yang telah robek. Pulau Bungin masih berada dalam wilayah kecamatan Alas atau + 70 km dari kota Sumbawa besar. Untuk mencapai pulau ini tersedia perahu motor yang hilir mudik antara pulau Bungin dan Dermaga Alas atau melalui darat dengan kendaraan bermotor.

Pulau Kaung (Kaung Island)
Sebuah pulau yang merupakan perkampungan nelayan letaknya tidak terlalu jauh dari pulau Bungin. Untuk mencapai pulau ini tidak lagi menyebrangi laut, namun dapat dilalui lewat darat dengan mempergunakan kendaraan bermotor dan naik dokar. Kerajinan rakyat yang terbuat dari kerang-kerangan dapat ditemui di pulau ini.

Dusun Talwa
Merupakan dusun pandai besi (Black Smith) yang tetap mempertahankan sifat tradisionalnya yang kental dalam pembuatan pisau, parang, cangkul, tembilang, dan sebagainya. Dusun Talwa yang oleh para wisatawan dijuluki sebagai Blingin Jerman ini terletak di kecamatan Moyo Hulu, berjarak 14 km dari kota Sumbawa Besar.

Jumat, 15 April 2011

PEMERINTAH BIKIN SURPRICE PEDAGANG PROTES

BalaKuning, 14 April 2011. Pedagang protes dengan kebijakan Pemda Sumbawa yang akan memindahkan mereka ke lokasi baru karena sebelumnya sudah pernah dipindahkan.

walaupun sementara, pedagang tersebut sudah  sudah ke 2 kali pindahkan. "Kami menyesalkan kebijakan Pemda Sumbawa karena tidak mempunyai konsep jelas dalam penempatan kami, kami pindah butuh biaya juga." ujar Amri pedagang buah ketika diwawancara.

Sementara itu angoota DPRD Sumbawa Salamuddin Maula menyatakan, banyak masalah yang tidak bisa di atasi di pasar, mulai dari pungli sampai penempatan yang masih bersifat tidak adil, "diduga ada permainan dalam penempatan pedagang." jelas Salamuddin di Gedung DPRD Sumvawa.

Jika kepala pasar tidak mampu mengatasi masalah ini maka kepala pasar harus mnerima konsekwensinya yaitu di pecat.

Salamuddin Maula juga bernjanji akan memperjuangkan nasib pedagang terutama pedagang bakulan untuk di bebaskan dari segala bentuk pungutan, dan akan di targetkan 2012 pedagang bakulan gratis dari pungutan, "dalam waktu dekat kami akan mengundang kepala pasar, DPKA dan Diskoperindag terkait persoalan ini." jelasnya.(c-risms)

Selasa, 05 April 2011

SILSILAH KERAJAAN SUMBAWA

Balakuning, sumbawa 5 April 2011               
               Masa Kesultanan Sumbawa dimulai sejak berakhirnya Dinasti Dewa Awan Kuning yang menganut paham Animism. Masuknya Isalam ke Sumbawa telah mempercepat dan mengkatalis terbentuknya kesultanan Sumbawa yang dikenal dengan nama Dinasti Dewa Dalam Bawa. Sultan yang pertama memimpin Sumbawa adalah Dewa Mas Pamayam (Mas Cini) 1648-1666. Ada tiga “gelar induk” atau Puin Kajuluk yang digunakan sebagai nama gelar kesultanan Sumbawa : Sultan Harun Arrasyid, Sultan Jalaluddin, dam Sultan Kaharuddin.
                Perjalanan masa kesultanan Sumbawa telah melahirkan pemimpin yang menegakkan keadilan dan kebenaran dengan keberanian yang ikhlas, sehingga lambang Kesultanan Sumbawa digambarkan dengan macan putih atau sering disebut “Bendera Macan”. Bendera macan putih merukan lambang keberanian yang ikhlas dan suci, semangat ini telah terwarisi kepada seluruh masyarakat Sumbawa, sehingga menjadi masyarakat yang modern, relegius dan demokratis.
                Penobatan Sultan Sumbawa ini merupakan penobatan pertama yang dilakukan sejak kesultanan Sumbawa menjadi bagian NKRI. Penobatan ini menjadi sangat penting dan bermakna bagi seluruh rakyat atau Tau Tana Samawa yang memegang teguh nilai-nilai budaya Sumbawa. Penobatan Sultan Sumbawa tidak dihajatkan sebagai Negara Berdaulat, tetapi akan menjadi pengawal / penjaga pusaka Sumbawa yaitu budaya, adat rapang tau dan tana samawa yang religious ( Adat Barenti Ko Syara, Syara’ Barenti Ko Kibullah)  yang bermakna bahwa adat istiadat dan budaya Sumbawa senantiasa berpedoman kepada agama untuk kerik salamat tau ke tana samawa (keselamatan masyarakat dan alam Sumbawa). Wilayah kesultanan adat Sumbawa adalah kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat (Kamutar Telu).
                Dinasti Dewa Dalam Bawa berkuasa sejak berakhirnya pemerintahan Dinasti Awan Kuning yaitu pada tahun 1623. Sultan-sultan yang pernah memimpin adalah sbb:
1.       Dewa Mas Pamayam (Mas Cini) (1648-1668)
2.       Dewa Mas Goa (Saudara dari 1) 168-1675.
3.       Dewa Mas Bantan (1675-1701)
4.       Dewa Mas Madina (Muharan Harun Arrasyid I ) 1701-1725)
5.       Dewa Mas Muhammad Jalaluddin I (Datu Taliwang) 1725-1731
6.       Dewa Mas Mapasusung Moh Kaharuddin I (1731-1759)
7.       I Sugi Karaeng Bantoa (Putri Dati Seran) 1759-1761)
8.       Hasanuddin (Alauddin) datu jereweh (1761-1763)
9.       Dewa mas Muhammad jalaluddin II (Pangeran Anom Mangkuningrat) 1763-1766
10.   Mappacongga Mustafa (Putra dari 8) 1776-1780
11.   Mahmud (Harun Arrasyid) Datu Jereweh putra dari 7 (1780-1791)
12.   Safiatuddin Dg. Masiki (Putri dari 10) 1791-1795
13.   Muhammad Kaharuddin II (Putra dari 9) 175-1865
14.   Sultan Amrullah (Adik L. Mesir) 1837-1883
15.   Mas Madina Raha Dewa Jalaluddin III (karena sepuh turun tahata 1883) 1883-1931
16.   Muhammad Kaharuddin III (Daeng Manurung Putra dari 15) 1931-1958

        Tanggal 5 April 1941, Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa putra sultan Muhammad Kahruddin III, dinobatkan sebagai putra mahkota. Bertepatan dengan tanggal kelahiran beliau Sultan Muhammad kaharuddin IV, 5 April 2011 di nobatkan sebagai Dewa Maraja Sumbawa yang ke 17 oleh Lembaga Musyakara Adat Tana Samawa.