Powered By Blogger

Kamis, 18 April 2013

Intensitas Bencana di Indonesia Meningkat


KM BALA KUNING – Sejak bencana Tsunami  yang terjadi di tahun 2005 lalu, intensitas bencana di wilayah Indonesia terus meningkat selama 10 tahun terakhir. Intensitas frekwensi maupun dampaknya juga akan meningkat. Untuk itu perlu dipersiapan system kewaspadaan dini dan pola penanggulangan bencana yang efektif terhadap daerah-daerah rawan resiko bencana.
Meski jumlah korban jiwa menurun, kerugian material yang disebabkan oleh bencana semakin besar. Di Indonesia yang memiliki resiko bencana besar namun kapasitas untuk menangani bencana masih perlu ditingkatkan.’’Kemampuan kita untuk menangani resiko bencana itu kita masih dibawah,’’ ujar Erwin Simangunsong – Project Area Manager OXFAM dalam peluncuran program memperkuat ketangguhan masyarakat terhadap bencana yang digelar di kantor Camat Moyo Utara, kemarin.
Di provinsi Nusa Tenggara Barat masih dapat dikatakan sebagai gudang bencana, berbagai bentuk bencana berpotensi terjadi di wilayah ini. Dalam lingkup yang lebih kecil lagi, yakni Kabupaten Sumbawa berada di peringkat 26 sebagai daerah yang rawan bencana. Parahnya, hal ini juga berdampak pada perempuan dimana perempuan dan anak-anak berada ditingkat paling rawan beresiko korban bencana.
“Ini artinya kabupaten Sumbawa tingkat resikonya tinggi. Yang terlatih itu kan bapak-bapak, resikonya perempuan dan anak jauh lebih rentan sehingga pelatihan untuk menghadapi bencana menjadi sangat penting,’’ tukasnya.
Menurut dia, program yang digagas oleh Sumbawa Centre dan OXFAM dengan biaya dari Volvo untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menghadapi bencana khususnya perempuan. Serta masyarakat dapat menanggulangi bencana sebelum bantuan datang.
Dari program tersebut diharapkan tumbuh kesadaran karena kerentanan dampak yang akan terjadi dari potensi aliran sungai. Selain itu kemampuan mengelola resiko bencana serta dibentuknya tim siaga bencana tingkat desa. Dari tim itu juga ada system kewaspadaan dini dan search and rescue (SAR). Untuk itu, pihaknya memohon dukungan dari pemerintah agar dapat juga terduplikasi ke tempat lain.
“Tim ini yang akan membantu ketika terjadi bencana, besar harapan kami agar hal ini juga dapat terduplikasi ke daerah lain,’’ tukasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa, Ir Mukmin dalam kesempatan itu mengatakan, program yang digagas oleh Sumbawa Center dan OXFAM sangat bagus dan pemerintah akan mendukungnya. Apalagi Kecamatan Moyo Hilir dan Moyo Utara merupakan dua kecamatan yang rawan dan paling parah dampaknya jika terjadi bencana, terutama banjir.
 “Pemerintah siap untuk menindaklanjuti  agar program tidak hanya di enam lokasi tapi dapat dilakukan di seluruh kabupaten Sumbawa, mungkin dengan dana sharing dengan lembaga donor,’’ ujarnya.
Yadi Hartono, SP. M.Si – Program Manager Program ketangguhan terhadap bencana dari yayasan Sumbawa Center diharapkan dapat menjadi langkah untuk mengurangi terjadinya resiko dampak akibat bencana. Resiko tersebut tidak hanya korban jiwa juga korban harta benda.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kata dia dilaksanakan dalam rangkaian aksi di 6 lokasi yang meliputi dua kecamatan yakni Kecamatan Moyo Hilir dan Moyo Utara. Program dilakukan di masing –masing desa Kakiang, Dusun Sengkal Desa Batu Bangka, Dusun Malili Desa Berare, Desa Songkar, Desa Baru Tahan dan Desa Kukin.
“Assasment telah dilakukan selama 10 hari di 11 titik lokasi. Dari 11 lokasi rawan tersebut diperoleh  6 lokasi yang diidentifikasi memiliki tingkat resiko bencana paling besar,’’ ujarnya.
Di bagian akhir program akan menyusun rencana aksi untuk dapat dilaksanakan setelah ada roadmaping di seluruh kabupaten Sumbawa.(KM)

Tidak ada komentar: