KM BALA KUNING – Sejak bencana Tsunami yang
terjadi di tahun 2005 lalu, intensitas bencana di wilayah Indonesia terus
meningkat selama 10 tahun terakhir. Intensitas frekwensi maupun dampaknya juga
akan meningkat. Untuk itu perlu dipersiapan system kewaspadaan dini dan pola
penanggulangan bencana yang efektif terhadap daerah-daerah rawan resiko
bencana.
Meski jumlah korban jiwa menurun, kerugian
material yang disebabkan oleh bencana semakin besar. Di Indonesia yang memiliki
resiko bencana besar namun kapasitas untuk menangani bencana masih perlu
ditingkatkan.’’Kemampuan kita untuk menangani resiko bencana itu kita masih
dibawah,’’ ujar Erwin Simangunsong – Project Area Manager OXFAM dalam
peluncuran program memperkuat ketangguhan masyarakat terhadap bencana yang
digelar di kantor Camat Moyo Utara, kemarin.
Di provinsi Nusa Tenggara Barat masih dapat
dikatakan sebagai gudang bencana, berbagai bentuk bencana berpotensi terjadi di
wilayah ini. Dalam lingkup yang lebih kecil lagi, yakni Kabupaten Sumbawa berada
di peringkat 26 sebagai daerah yang rawan bencana. Parahnya, hal ini juga
berdampak pada perempuan dimana perempuan dan anak-anak berada ditingkat paling
rawan beresiko korban bencana.
“Ini artinya kabupaten Sumbawa tingkat
resikonya tinggi. Yang terlatih itu kan bapak-bapak, resikonya perempuan dan
anak jauh lebih rentan sehingga pelatihan untuk menghadapi bencana menjadi
sangat penting,’’ tukasnya.
Menurut dia, program yang digagas oleh
Sumbawa Centre dan OXFAM dengan biaya dari Volvo untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat menghadapi bencana khususnya perempuan. Serta masyarakat dapat
menanggulangi bencana sebelum bantuan datang.
Dari program tersebut diharapkan tumbuh
kesadaran karena kerentanan dampak yang akan terjadi dari potensi aliran
sungai. Selain itu kemampuan mengelola resiko bencana serta dibentuknya tim
siaga bencana tingkat desa. Dari tim itu juga ada system kewaspadaan dini dan
search and rescue (SAR). Untuk itu, pihaknya memohon dukungan dari pemerintah agar
dapat juga terduplikasi ke tempat lain.
“Tim ini yang akan membantu ketika terjadi
bencana, besar harapan kami agar hal ini juga dapat terduplikasi ke daerah
lain,’’ tukasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Sumbawa, Ir Mukmin dalam kesempatan itu mengatakan, program
yang digagas oleh Sumbawa Center dan OXFAM sangat bagus dan pemerintah akan
mendukungnya. Apalagi Kecamatan Moyo Hilir dan Moyo Utara merupakan dua
kecamatan yang rawan dan paling parah dampaknya jika terjadi bencana, terutama
banjir.
“Pemerintah siap untuk menindaklanjuti agar program tidak hanya di enam lokasi tapi
dapat dilakukan di seluruh kabupaten Sumbawa, mungkin dengan dana sharing
dengan lembaga donor,’’ ujarnya.
Yadi Hartono, SP. M.Si – Program Manager Program
ketangguhan terhadap bencana dari yayasan Sumbawa Center diharapkan dapat
menjadi langkah untuk mengurangi terjadinya resiko dampak akibat bencana.
Resiko tersebut tidak hanya korban jiwa juga korban harta benda.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kata dia
dilaksanakan dalam rangkaian aksi di 6 lokasi yang meliputi dua kecamatan yakni
Kecamatan Moyo Hilir dan Moyo Utara. Program dilakukan di masing –masing desa Kakiang,
Dusun Sengkal Desa Batu Bangka, Dusun Malili Desa Berare, Desa Songkar, Desa
Baru Tahan dan Desa Kukin.
“Assasment telah dilakukan selama 10 hari
di 11 titik lokasi. Dari 11 lokasi rawan tersebut diperoleh 6 lokasi yang diidentifikasi memiliki tingkat
resiko bencana paling besar,’’ ujarnya.
Di bagian akhir program akan menyusun rencana
aksi untuk dapat dilaksanakan setelah ada roadmaping di seluruh kabupaten
Sumbawa.(KM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar