Powered By Blogger

Senin, 24 Januari 2011

Sultan Kaharuddin IV : Saya Optimis ke Depan Tidak Melupakan Nilai Adat Samawa


Sumbawa Besar, KM Bala Kuning
Kesultanan Sumbawa di tahun 2011 Masehi ini telah lahir kembali, meski bukanlah menjadi suatu sistem pemerintahan, namun lebih dari itu peran Kesultana Sumbawa dibawah otoritas Sultan Muhammad Kaharuddin IV yang dinobatkan pada Musakara Rea Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) awal Januari lalu di Istana Dalam Loka Samawa. Peran Sultan dalam hal ini tidaklah sebagai pemerintahan alternatif di Sumbawa karena tidak mungkin hal itu terjadi. Sultan menempatkan diri dalam hal pelestarian dan menjaga entitas adat istiadat Samawa yang mulai dikokat (dipungut kembali) dari berbagai sumber.
Sultan Muhammad Kaharuddin IV, sebelum dinobatkan sebagai pucuk tertinggi dalam Kesultanan, mengaku bahwa dirinya ditawari bahkan didesak oleh berbagai kalangan maupun tokoh Samawa untuk memimpin Lembaga Adat Tana Samawa. Tawaran ini tidak serta merta diterimanya meskipun masih memiliki darah Sultan Muhammad Kaharuddin III yang merupakan ayah kandung figur yang sebelumnya menyandang gelar DMA. Kaharuddin tersebut sebagai putra Mahkota Kesultanan Samawa ke-17.
Dalam keterangannya kepada KM Bala Kuning Sumbawa Sultan Sumbawa, menegaskan bahwa dirinya tidak akan selalu menengok ke belakang, namun optimistis ke depan dengan tidak melupakan nilai maupun mutiara adat. Ia memandang, akan terjadi kegalauan jika etnik sumbawa tidak siap untuk menghadapi Globalisasi dan tidak asal ada pegangan, dimana kebenarannya dapat diukur dengan relevansi di masa depan.
Sultan menyadari bahwa upaya ini masih prematur karena masih dalam proses menghimpun kembali nilai adat yang selama ini hampir terlupakan.
“Sambil tu kokat sambil tu gita relevansi ko angkang, ke kami sadar kondisi tu kokat kabali masih perlu sosialisasi ke kondisi adat kita masih remang-remang,” terang Sultan dalam bahasa Sumbawa.
Ia menekankan dengan hal seperti subtansi yang akan diangkat oleh lembaga adat harus jelas dengan melihat perkembangan zaman ke depan, sambil mengevaluasi hasil Musakara Rea dan itu terbuka untuk umum.
Musakara Rea tegas Sultan, adalah inginkan tau Samawa krek selamat tau ke tana Samawa, taket ko nene’, kangila ko nene’. Inilah yang menjadi pegangan ke depan mau seperti apa.
“Kita akan menjadi masyarakat yang religius modern dan demokrasi, religius sudah kita miliki yang perlu kejelasan adalah modern yang seperti apa, demokrasi yang bagaimana, tentu untuk hal ini tetap berpegang teguh bahwa masyarakat yang modern dan demokrasi bernuansa islami,” terang Sultan.(soel)

Tidak ada komentar: